Tiap Elemen Desain Web Ada Alasannya
desainhack.com Berpijak pada pengalaman pribadi serta rekomendasi Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.0, Dani Iswara (teman blogger asal Bali) memaparkan poin-poin penting yang harus diperhatikan dalam mendesain web/blog.
Menurut saya, poin-poin ini bukan hanya penting bagi kalangan desainer web, tetapi juga bagi Anda yang kebetulan menyewa jasa seorang desainer web, sehingga Anda tidak hanya mendapatkan sebuah web/blog yang indah dari segi tampilan, tetapi juga mudah dan nyaman digunakan oleh para pengunjung. Selamat menikmati! Anis Fahrunisa
Saya bukan desainer atau pengembang Web. Hanya pengguna dan narablog biasa. Tulisan berikut hanya berdasar pengalaman pribadi dan rekomendasi Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.0.
Suatu desain Web/blog umumnya dibangun dengan konsep tertentu. Ada maksud spesifik di tiap penempatan dan pemilihan elemennya. Mengapa memakai fitur itu? Mengapa tidak? Sepertinya tidak semua pertanyaan bisa dijawab demikian. Beberapa topik sempat tercecer menjadi tulisan tersendiri di blog lama saya.
Mengapa memakai ‘Skip to main content’?
Mengapa tidak? Desain Web makin beraneka ragam. Mana konten utama? Apalagi tidak menyertakan ‘layout’ versi ‘mobile’. ‘Scrolling’ hingga menemukan konten utama?
Mengapa bukan ‘Skip to content’ saja? Kata ‘main’ lebih memperjelas pengucapan bahwa yang dimaksud adalah konten, terutama oleh ’screen reader’ yang sering membaca ‘content’ dengan pelafalan serupa ‘con then’.
Mengapa dianjurkan untuk tidak lagi memakai elemen blink?
Karena elemen berkedip tersebut tidak sepenuhnya bisa dikontrol/distop di sisi pengguna. Pun dianggap menganggu dan terlalu mengalihkan perhatian pembaca. Bagi penyandang epilepsi, beberapa konten berkedip dapat memicu bangkitan epilepsi atau kejang.
Mengapa dianjurkan untuk tidak lagi memakai elemen marquee?
Serupa seperti alasan di atas. Elemen ‘running text’ tidak sepenuhnya dapat dikendalikan pengguna. Juga terlalu menimbulkan distraksi mata/pengalihan perhatian sehingga mengurangi kenyamanan membaca. Walau ada tips/’script’ khusus untuk menonaktifkannya di peramban tertentu.
Mengapa dianjurkan untuk lebih memakai elemen ‘headings’ dibanding untuk ’subheading’?
Sudah jelas, maksudnya untuk menyajikan ’subheading’ kan? Maka, elemen yang umum dianjurkan adalah h2-h3. Bukan sekadar penebalan atau ukuran huruf yang diperbesar. Konon, di ’screen reader’ modern nantinya, penggunanya bisa ‘tabbing’ (tekan tombol TAB di Firefox saat menelusuri konten Web) antar ’subheading’. Bukan hanya lompat antar ‘input’ dan pranala saja.
Mengapa masih dianjurkan untuk memakai garis/batas bawah untuk tiap pranala di konten Web?
Don’t make me think! Tiap teks bergaris/berbatas bawah adalah ‘clickable’ atau bisa diklik. Bukankah pranala dibuat untuk mudah ditemukan dan digunakan? Lalu mengapa keberadaannya tidak dipermudah? Cukup hanya dengan warna saja? Bagaimana dengan pengguna yang menyandang gangguan penglihatan kontras warna?
Sementara sekian dulu. Alasan seni tentu tidak harus didebatkan. :)