Problematika Desain Web Lintas Browser
desainhack.com Salah satu bagian tersulit dalam proses desain web adalah memastikan agar web bersangkutan dapat tampil konsisten pada semua jenis browser (cross browser compatibility) baik dari segi tata letak (layout), pewarnaan (color scheme), maupun tipografi.
Kesulitan ini muncul terutama disebabkan oleh adanya perbedaan di antara web-web browser dalam membaca dan menerjemahkan aturan-aturan CSS pada sebuah halaman web. Ini berarti, sebuah browser yang tidak diprogram untuk memahami property CSS tertentu akan menghiraukan property CSS tersebut dan hanya akan menampilkan kode-kode yang ia pahami.
Catatan berbunyi “Gunakan browser A atau B untuk tampilan terbaik” yang biasa kita temukan pada beberapa situs web adalah salah satu cara yang digunakan si webmaster untuk memastikan para pengunjungnya mendapatkan tampilan terbaik dari web tersebut. Cara ini mungkin sah-sah saja. Yang jadi persoalan adalah bagaimana jika si pengunjung tersebut kebetulan tidak memiliki browser yang diminta.
CSS Hacks: Pro dan Kontra
Persoalan desain web lintas-browser ini telah menjadi perhatian dan wacana menarik bagi para desainer/pengembang web. Untuk mengakomodasi perbedaan “perilaku” browser ini, sebagian telah mengembangkan teknik-teknik khusus misalnya dengan membuat lebih dari satu file CSS untuk satu halaman web; satu file CSS dibuat untuk memuluskan tampilan pada browser A, file CSS yang lain disusun untuk menjaga tampilan pada browser B, demikian seterusnya. Sebagian lagi lebih memilih menerapkan hacks dengan menambahkan lambang-lambang tertentu seperti asterik atau underscore di depan property CSS.
Meskipun bisa menjadi alternatif, tidak semua desainer web setuju dengan penggunaan hacks pada CSS. Selain bisa mengakibatkan file CSS tersebut tidak valid, penggunan CSS hacks juga tidak bisa menjamin akan konsisten dengan aturan-aturan yang digunakan oleh sebuah browser baru (atau versi terbaru dari browser bersangkutan).
Mendesain Web Berdasarkan Browser Populer
Angka-angka statistik memang bisa membingungkan dan menyesatkan sebagaimana ungkapan Benjamin Disraeli (Novelis sekaligus mantan perdana menteri Inggris) “There are three kinds of lies: lies, damned lies, and statistics”. Meskipun demikian, statistik dapat sedikit membantu untuk sekedar memberikan gambaran global.
Berdasarkan statistik yang dilaporkan w3school pada bulan Februari 2010, Firefox (46.5%) merupakan browser yang paling banyak digunakan para pengguna internet di dunia disusul oleh IE (35.3%) pada posisi kedua, sisanya menggunakan Chrome (11.6%), Safari (3.8%), serta Opera (2.1%). Torehan 35.3% yang diraih IE ini merupakan penjumlahan dari IE6 (9.6%), IE7 (11.0%) dan IE8 (14.7%).
Berbeda dari laporan w3school di atas, W3Counter dan Marketshare justru menempatkan Internet Explorer pada peringkat pertama disusul dengan Firefox pada posisi runner up. Meskipun memberikan laporan yang berbeda, kita bisa menyimpulkan bahwa IE dan Firefox merupakan browser populer yang paling banyak digunakan oleh para pemakai internet di dunia.
Simak Juga : Tipografi: Font dan Penggunaannya dalam Desain Web
Statistik di atas hanyalah gambaran global. Pada taraf individu, sebuah web mungkin memiliki trend pengguna browser yang berbeda. Meskipun bagi sementara kalangan dianggap tidak atau kurang akurat, Google Analytics bisa menjadi pilihan untuk mengetahui trend browser pada masing-masing web ini.
Idealnya kita memang mendesain web untuk semua jenis browser tanpa melihat nilai presentase, karena 0.01% pun berarti bahwa browser tersebut ada penggunanya dan siapa tahu dia kebetulan singgah di situs web kita. Namun, dengan berpijak pada statistik secara global dan individu di atas, dalam situasi ketika kita “tidak berdaya” untuk memuaskan semua pengguna browser, maka kita bisa mulai mendesain web dengan prioritas pada browser yang paling populer.
Saya pribadi biasa mendesain untuk Firefox terlebih dahulu kemudian untuk IE. Berdasarkan pengalaman, desain untuk Firefox biasanya akan tampil mulus di Google Chrome, Safari, dan Opera. Tampilan yang berbeda biasanya saya dapatkan ketika menggunakan IE, terutama versi 6. IE 6 memang dikenal “bermasalah” dan “tidak disukai” oleh sementara desainer/pengembang web, bahkan terdapat kelompok-kelompok yang mengkampanyekan anti IE khususnya untuk versi 6.
Berkah Tersembunyi untuk Desainer Web
Membuat desain web lintas-browser memang bukan pekerjaan mudah dan tidak ada salahnya jika kita sekedar bermimpi seandainya di internet hanya ada satu browser yang digunakan oleh semua orang, sehingga kita tidak perlu direpotkan dengan angka-angka statistik dan hacks-hacks sebagaimana dipaparkan di atas. Dengan demikian tidak akan ada lagi energi yang tersia-siakan untuk debugging. Namun di balik itu semua, perbedaan “perilaku” dari berbagai browser ini justru akan membuat jasa seorang desainer web menjadi bertambah penting dan berharga. Lol.
Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika ada kekeliruan